SAKSI PERJALANAN HINDU NUSANTARA
I. Lokasi Candi Prambanan
Candi Prambanan terletak persis di perbatasan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan propinsi Jawa Tengah. Letaknya kurang lebih 17 km ke arah timur dari kota Yogyakarta.
Candi Prambanan masuk ke dalam dua wilayah yakni Kec. Prambanan, Kab.
Sleman, Prop DIY dan Kec. Prambanan, Kab. Klaten, Prop. Jawa Tengah.
Koordinat Candi Prambanan 7°45′06.96″ S dan 110°29′28.20″ E (sumber google earth).
Komplek candi Prambanan berdiri 200 meter sebelah
utara Jl. Raya Yogya-Solo. Sedangkan untuk pintu masuk taman wisata
candi Prambanan dari arah sebelah timur.
II. Asal Penemuan Candi Prambanan
Candi
Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Jawa Tengah, Candi Prambanan
tersebut ditemukan kembali dalam keadaan runtuh dan hancur serta
ditumbuhi semak belukar. Hal ini karena telah ditinggalkan manusia
pendukungnya beratus-ratus tahun silam. Secara administratif kompleks
candi ini berada di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi-candi di daerah Prambanan pada awal ditemukannya hanya tinggal reruntuhan saja. Kerusakan-kerusakan pada candi-candi banyak disebabkan antara lain
:
1. Tidak terpelihara lagi candi-candi yang dikarenakan kerajaan yang menguasai berpindah tempat.
2. Terjadinya bencana alam seperti gempa bumi yang dasyat pada tahun 1867 dan beberapa kali meletusnya gunung Merapi.
3. Dipergunakannya bagian-bagian candi untuk keperluan rakyat bahkan pemerintah sendiri.
4. Para Arkeologi yang mengambil arca-arca untuk keperluan museum.
Saat ini tidak mengherankan bila ada bagian-bagian
dari candi banyak yang telah berpindah tempat. Seandainya semua itu
masih berada ditempatnya, bagaimanapun berhamburan masih dapat disusun
kembali seperti pemugaran candi Prambanan.
III. Legenda
Masyarakat sering menyebut candi Prambanan dengan nama candi Larajonggrang, suatu sebutan yang sebenarnya keliru karena seharusnya Rara Jonggrang. Kata rara dalam bahasa Jawa untuk menyebut anak gadis.
Dalam cerita rakyat, Rara Jonggrang dikenal sebagai putri Prabu Ratu
Baka yang namanya diabadikan sebagai nama peninggalan kompleks bangunan
di perbukitan Saragedug sebelah selatan Candi Prambanan.
Dikisahkan dalam cerita tersebut ada seorang kesatria
yang gagah perkasa bernama Bandung Bandawasa. Ia mempunyai kekuatan
supranatural dan ingin mempersunting putri Rara Jonggrang untuk
dijadikan istri. Rara Jonggrang merupakan putri yang cantik jelita dari
seorang raja yang bernama Prabu Baka, yang bertahta dikraton diatas gunung Boko di selatan Prambanan. Akan tetapi Rara Jonggrang tidak menyukainya.
Untuk menolak permintaan Bandung Bandawasa secara
halus, Rara Jonggrang mengajukan suatu tuntutan dengan harapan supaya
Bandung Bandawasa tidak dapat memenuhi, dengan demikian tidak terjadi
perkawinan. Permintaan tersebut ialah: Bandung Bandawasa harus membuat candi dengan seribu arca didalamnya dalam waktu satu malam.
Permintaan tersebut dipenuhi oleh Bandung Bandawasa.
Bandung Bandawasa dengan kesaktiannya dan karena ingin sekali memenuhi
tuntutan Rara Jonggrang yang dicintainya, memanggil beribu-ribu makhluk
halus untuk membantu membuat candi tersebut dalam satu malam. Sesudah
matahari terbenam Bandung Bandawasa dengan dibantu beribu-ribu makluk halus
mulai bekerja dengan giat. Semalam penuh mereka bekerja terus dan
ketika malam hampir berakhir hanya tinggal satu candi yang belum
selesai.
Rara Jonggrang yang semalaman tidak tidur dan selalu
mengikuti jalannya pembuatan candi menjadi gelisah ketika mengetahui
bahwa pembuatan candi hampir selesai dan permintaannya akan dapat
terpenuhi. Dengan tidak menunggu lebih lama Rara Jonggrang
keluar dari kraton serta memerintahkan pada semua pemudi untuk bangun
dan mulai menumbuk padinya. Dalam waktu sekejap diseluruh daerah sekitar
kraton terdengar pukulan lesung
(tempat menumbuk padi) dengan sangat ramainya. Para makhluk halus yang
mendengar suara gemuruh disekitarnya dan banyak orang yang sudah mulai
bekerja, mengira hari sudah pagi dan dengan segera mereka kembali
ketempat tinggal masing-masing, karena takut ketahuan oleh manusia.
Dengan demikian satu arca tidak dapat dibuatnya.
Bandung Bandawasa
melihat kejadian yang demikian menjadi cemas dan mengetahui bahwa semua
itu adalah tipu muslihat dari Rara Jonggrang. Dengan sangat marah,
karena keinginannya tidak dapat terlaksana akibat perbuatan Rara
Jonggrang sendiri, Bandung Bandawasa marah dan mengutuk putri Rara Jonggrang menjadi pelengkap arca yang keseribu. Arca tersebut dipercayai sebagai arca Durgamahisasuramardhini
yang berada di bilik utara Candi Siwa. Terhadap para pemudi Prambanan
yang membantu Rara Jonggrang, Bandung Bandawasa mengutuknya dengan
penyataan bahwa semua pemudi Prambanan baru akan kawin kalau umurnya
sudah lanjut. Yang jelas Durgamahisasuramardhini adalah istri Dewa Siwa.
IV. Sejarah
Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja Dinasti Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan
pada candi menimbulkan pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai
Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung berdasarkan
prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha” sebagai manifest politik
untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.Prasasti Siwargrarha
tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui
asalnya, kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti ini mulai
menarik perhatian setelah J.G. De Casparis berhasil menguraikan dan membahasnya.
Menurut Casparis ada 3 hal penting dalam prasati tersebut, yaitu:
- Bahasanya merupakan contoh tertua prasasti yang berangka tahun yang ditulis dalam puisi Jawa kuna;
- Isinya memuat bahan-bahan atau peristiwa-peristiwa sejarah yang sangat penting dari pertengahan abas ke IX M;
- Didalamnya terdapat uraian yang rinci tentang suatu “gugusan candi“, sesuatu yang unik dalam epigrafi Jawa kuna.
Dari uraian diatas yang menarik adalah peristiwa
sejarah dan uraian tentang pembangunan gugusan candi. Peristiwa sejarah
yang dimaksud adalah peperangan antara Balaputeradewa dari keluarga
Sailendra melawan Rakai Pikatan dari keluarga Sanjaya. Balaputeradewa
kalah dan melarikan diri ke Sumatera. Konsolidasi keluarga raja Rakai Pikatan itu kemudian menjadi permulaan dari masa baru yang perlu diresmikan dengan pembangunan suatu gugusan candi besar.
Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut
dalam prasasti Siwargrarha dapat dibandingkan dengan kompleks candi
Prambanan, gugusan candi yang dibangun pusatnya dipagari tembok keliling
dan dikelilingi oleh deretan candi perwara yang disusun bersap hanya
terdapat pada candi Prambanan. Disebutkan pula candi Perwara sama dalam
bentuk dan ukuran.
Hal lain yang menarik adalah 2 buah candi Apit, masing-masing
didekat pintu masuk utara dan selatan. Keterangan mengenai gugusan
candi yang terletak didekat sungai mengingatkan pada gugusan candi
Prambanan dengan sungai Opak di sebelah baratnya dan jika dari jarak
antara sungai Opak dan gugusan candi Prambanan dan adanya pembelokan
aliran sungai kemungkinan pembelokan tersebut terjadi diantara desa
Klurak dan Bogem.
Dengan demikian, tampaknya uraian yang terdapat
dalam prasasti Siwargrarha tentang gugusan candi tersebut lebih cocok
dengan keadaan candi Prambanan.Terjadinya perpindahan pusat kerajaan
Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah
Prambanan, kondisi ini semakin parah dengan terjadinya gempa bumi dan
beberapa kali meletusnya Gunung Merapi yang menjadikan candi Prambanan
runtuh dan meninggalkan puing-puing batu yang berserakan.
Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama C.A.Lons
mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya
reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk
menyelamatkan candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885
dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu.
Pada tahun 1902 dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp
untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap
candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun
percobaan candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan
pemugaran diselesaikan oleh bangsa Indonesia, tanggal 23 Desember 1953
candi Siwa selesai dipugar dan secara resmi dinyatakan selasai oleh
Presiden Dr. Ir. Sukarno.Pemugaran candi di wilayah Prambanan terus
dilaksanakan, diantaranya yaitu pemugaran candi Brahma dan candi Wisnu.
Pemugaran candi Brahma dimulai pada tahun 1977 dan telah selesai dan
diresmikan oleh Prof Dr. Haryati Soebandio tanggal 23 Maret 1987.
Candi wisnu mulai dipugar pada tahun 1982 selesai dan
diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 27 April 1991. Kegiatan
pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi yang berada di
depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi
disudut.
V. Situs-Situs
Untuk memisahkan nama candi Prambanan, penulis
menamakan seluruh kumpulan candi yang terdapat di Prambanan menggunakan
nama Candi Prambanan, sedangkan untuk candi Siwa yaitu candi terbesar
dalam komplek candi Prambanan menggunakan nama candi Rara Jonggrang.
Nama Rara Jonggrang, nama yang diberikan oleh penduduk disekitar candi
terhadap candi Siwa tersebut. Tujuan pemberian nama ini penulis
menganggap perlu supaya tidak terjadi kesimpang-siuran dalam penyebutan
nama.
Candi Prambanan berbeda dengan candi-candi lainnya
yaitu candi Prambanan merupakan candi Siwa (Hindu) sedangkan candi-candi
lain disekitarnya merupakan candi Budha. Candi Prambanan merupakan tempat upacara agama yang digunakan untuk menghormati Dewa Trimurti : Brahma, Siwa, Wisnu.
A. Deskripsi Bangunan
Candi Prambanan terdiri atas tiga latar yaitu: latar
bawah, latar tengah dan latar pusat. Latar-latar tersebut makin kearah
dalam makin tinggi letaknya. Latar bawah, tengah dan pusat masing-masing
mempunyai empat pintu gerbang. Pada latar pusat dan tengah pintu
gerbang terletak tepat ditengah-tengah tembok masing-masing, sedangkan
pada latar bawah pintu gerbangnya tidak terletak ditengah-tengah, tapi
dihadapkan sejurus dengan masing-masing pintu gerbang dari latar atas
dan tengah.
Latar tengah terletak didalam latar bawah, dengan
letaknya yang lebih tinggi dari latar bawah. Menurut sejarahnya latar
tengah dikelilingi tembok batu tetapi tembok tersebut tidak sejajar
dengan tembok latar bawah. Latar tengah berbentuk segi empat dan
mempunyai luas 222 meter persegi. Pada latar tengah merupakan empat
dataran yang meningkat keatas. Pada latar tengah terdapat reruntuhan candi Perwara. Candi-candi
Perwara apabila seluruhnya selesai dipugar maka akan terdapat 224 buah
candi Perwara, tetapi saat ini candi-candi Perwara yang telah dipugar
baru beberapa sedangkan lainnya masih tinggal reruntuhan.
Candi
perwara tersebut terbagi dalam empat tingkatan. Tingkatan pertama
terdapat 68 buah candi Perwara. Pada tingkatan kedua dari bawah terdapat
60 buah. Tingkatan ketiga terdapat 52 buah sedangkan pada tingkatan
keempat atau paling atas terdapat 44 buah candi Perwara. Candi-candi
Perwara tersebut mempunyai ukuran yang semuanya sama, masing-masing
yaitu luas dasar 6 meter persegi dan tingginya 14 meter.
Latar pusat terletak didalam latar tengah dengan
letak yang lebih tinggi dari pada latar tengah. Latar pusat mempunyai
bentuk persegi empat dan dikelilingi tembok yang sejajar dengan latar
tengah. Latar pusat mempunyai luas 110 meter persegi. Pada saat ini
latar atas sudah dibangun.
Di dalam latar pusat ini terdapat 16 buah candi besar
dan candi kecil. Candi-candi utama terdiri atas dua deret yang saling
berhadapan. Deret timur terdiri dari candi Nandi, candi Angsa dan candi
Garuda. Deretan candi ini kesemuanya menghadap ke arah barat. Candi
Nandi yang berada ditengah mempunyai luas dasar 15 meter persegi dan
tinggi 25 meter. Sedangkan candi Angsa dan Garuda mempunyai luas dasar
13 meter persegi dan tinggi 22 meter. Sedangkan deret barat yaitu candi
Siwa (Rara Jonggrang), candi Wisnu dan candi Brahma. Deretan candi ini
semuanya menghadap ketimur dan semuanya lebih besar daripada candi-candi
dalam deretan timut. Candi yang berada ditengah yaitu candi Rara
Jonggrang merupakan candi tertinggi dengan luas dasar 34 meter persegi
dan mempunyai ketinggian 47 meter. Sadangkan candi yang berada
disampingnya mempunyai luas dasar 20 meter persegi dan ketinggian 23
meter. Pada ujung lorong yang memisahkan kedua deret candi utama
tersebut terdapat sepasang candi Apit. Candi Apit terletak disebelah
utara dan sebelah selatan candi-candi utama. Candi apit mempunyai luas
dasar enam meter persegi dan ketinggian 16 meter. Dalam latar
pusat selain delapan candi tersebut masih ada delapan candi lainnya yang
mempunyai ukuran yang lebih kecil. Empat candi diantaranya merupakan
candi Kelir dan empat candi lainya merupakan candi Sudut. Candi Kelir terdapat
pada empat tempat setelah tangga menuju latar pusat, sedangkan candi
Sudut terletak pada tiap-tiap sudut latar pusat. Candi kelir dan candi
sudut mempunyai luas dasar 1,55 meter persegi dan ketinggian 4,10 meter.
Secara keseluruhan komplek candi Prambanan ini terdiri atas
240 buah candi. Adapun denah dari komplek candi Prambanan ini dapat
digambarkan seperti pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Denah komplek candi
Prambanan.
B. Candi-Candi Di Komplek Candi Prambanan
- Candi Rara Jonggrang (Candi Siwa)
Candi Rara Jonggrang dengan luas dasar 34 meter
persegi dan ketinggian 47 meter mulai dibangun kembali pada tahun 1918,
selesai dipugar dan diresmikan Presiden RI Dr. Ir. Sukarno pada 20
Desember 1953. Candi Rara Jonggrang terletak
dideretan sebelah barat menghadap ke timur. Candi Rara Jonggrang
disebut sebagai candi Siwa karena didalam candi ini terdapat arca Siwa
Mahadewa yang merupakan arca terbesar, dengan gambaran demikian Dewa
Siwa mendapat penghormatan lebih daripada dua Dewa lainnya. Menurut
pelajaran agama Hindu, penghormatan tertinggi ialah Dewa Brahma sebagai
pencipta alam, kemudian Dewa Wisnu sebagai pemelihara alam. Di Jawa
penghormatan dan kedudukan Dewa-dewa agak berlainan, Dewa terpenting
Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan yang ketiga Dewa Brahma. Bangunan candi Rara
Jonggrang terbagi tiga bagian secara vertikal yaitu kaki, tubuh dan
kepala. Kaki candi menggambarkan “dunia bawah” tempat manusia yang masih
diliputi hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan “dunia tengah” tempat
manusia yang telah meninggalkan keduniawian sedangkan kepala melukiskan
“dunia atas” tempat para Dewa. Keempat pintu masuk pada candi Rara
Jonggrang ini sesuai dengan empat arah mata angin, pintu utama menghadap
ke timur dengan tangga masuk yang terbesar. Di sebelah kanan dan kiri
tangga masuk terdapat dua buah arca raksasa penjaga dengan membawa gada
yang merupakan manifestasi dari Siwa. Sebelah kanan dan kiri dinding
tangga, terdapat candi kecil yang beratap tinggi dan mempunyai ruang
kecil yang berisi sebuah arca, Arca-arca kecil yang terlepas berdiri
diantara dua tiang dan diatasnya dengan menonjol ke luar terlihat gambar
gabungan kala-makara. Pintu masuk candi utama seperti pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Pintu masuk candi. Disekeliling luar kaki candi pada
dinding terdapat dua macam gambar berdampingan secara berganti-ganti.
Gambar pertama menggambarkan ruang kecil yang menonjol keluar dan berisi
seekor singa yang berdiri diantara dua tiang dan diatasnya terdapat
gambar kala-makara. Kalamakara merupakan
kepala raksasa yang lidahnya berwujud sepasang mitologi. Gambar yang
demikian juga terdapat pada semua dinding dari lima candi besar lainnya.
Gambar kedua menggambarkan suatu pohon yang daunnya terpahat halus dan
dibawah kanan-kiri terdapat gambar hewan-hewan: kijang, merak, kambing
jantan, kelinci, kera, angsa, dan lain-lain. Sedangkan pada lima candi
besar lainya berupa burung yang berkepala manusia dan disebut kinara.
Gambar hiasan dinding candi seperti pada Gambar 3.4. Gambar 3.4.
Gambar Hiasan dinding candi Candi Rara Jonggrang terdapat empat ruangan
yang menghadap ke arah empat mata angin dan mengelilingi ruangan
terbesar yang ada di tengah-tengah. Ruang terdepan kosong, sedangkan
ketiga ruang lainnya berisi masing-masing arca : Siwa Maha Guru, Ganesha
dan Durga (Rara Jonggrang). Arca Siwa Mahadewa berada pada
tengah-tengah candi. Letak Arca-arca di candi Prambanan seperti pada
Gambar 3.5. Dasar kaki candi dikelilingi selasar yang dibatasi oleh
pagar langkan. Dinding langkan sebelah
dalam terdapat relief cerita Ramayana. Relief candi terlihat seperti
pada Gambar 3.6. Dinding candi sebelah atas terdapat dua macam bentuk
gambar. Gambar pertama menggambarkan ruang kecil bertiang dua dan diatasnya terdapat kala dan makara.
Pada tiap ruang kecil terdapat tiga arca menggambarkan orang laki-laki
dengan perempuan berpelukan, gambar kedua menggambarkan penari dan
pemuluk bunyi-bunyian dalam sikap yang beraneka warna.
Arca Siwa Mahadewa terletak pada tengah-tengah candi,
setelah melewati sebuah ruang kosong. Arca Siwa Mahadewa berdiri diatas
landasan batu dengan posisi mengheningkan cipta. Arca Siwa ini
mempunyai ketinggian 3 meter dan berdiri diatas landasan batu dengan
tinggi 1 meter. Di antara kaki arca dan landasannya terdapat batu bundar
berbentuk bunga teratai. Batu landasan dibagian atas dibuat saluran
mengeliling dan keluar melalui mulut naga dibagian utara batu landasan.
Apabila arca tersebut dicuci maka air akan mengalir kebawah masuk
disaluran dan keluar melalui mulut naga dan diterima dengan tempat air.
Arca Siwa yang menggambarkan raja Balitung,
tanda-tanda sebagai Siwa dapat dilihat antara lain: tengkorak diatas
bulan sabit pada mahkotanya, mata ketiga pada dahinya, bertangan empat
berselempangkan ular yang kepalanya terlihat diatas, kulit harimau
dipinggangnya, tangan kiri belakang memegang kipas, tangan kanan
belakang memegang tasbih, tunas bunga teratai dan benda bulat sebagai
benih alam semesta, serta senjata trisula pada sandaran arcanya. Tangan
depan kanan kiri dalam sikap sesuai dengan rautan muka dan pandangan
matanya yang sedang bersemadi. Lengan kanan kiri memakai gelang lengan (kelat bahu), dilehernya
memakai kalung bersusun, tangan dan kaki memakai gelang. Selain itu
arca Siwa ini juga memakai mahkota yang penuh perhiasan, yang
menggambarkan seorang raja yang memakai pakaian kebesaran. Gambar Arca
Siwa Maha Dewa terlihat pada Gambar 3.7. Gambar 3.7. Arca Siwa Maha
Dewa Dibawah landasan arca terdapat sumur yang dalamnya 13 meter persegi
dan berisi tanah dan pada kira-kira 5,75 meter diketemukan suatu peti
batu dengan tutup yang terletak diatas tanah bercampur arang dan bakaran
tulang-tulang hewan. Tulang-tulang tersebut berasal dari kambing dan
ayam, diantaranya terdapat lembaran-lembaran kecil dari emas dengan
tulisan yang berbunyi “Waruna” sebagai
nama Dewa laut dan “Prawata” sebagai nama Dewa Gunung. Didalam peti
juga terdapat lembaran kecil dari emas dan kuningan, yang dibagi-bagi
dalam petak-petak dan bercat, selain itu terdapat 20 buah mata uang,
berupa batu permata, merjan, potongan lembaran emas dan perak, satu
tiram dan 12 lembaran emas yang lima diantaranya berbentuk bulus, naga,
bunga teratai, tempat upacara agama, telur, sedangkan lainnya berisi
tulisan-tulisan. Pada dinding ruang Siwa dihias dengan sangat halus dan
terbagi menjadi tiga bagian yang terpisah dan berlainan. Bagian tengah
dihias dengan gambar cakra dan trisula dalam
bentuk bunga dan bagian kanan kirinya dihias dengan gambar bunga mawar.
Pada zaman Hindu orang-orang beranggapan bahwa raja adalah penjelmaan
dari Dewa, sebab itu sang raja dihormati dan dipuji sebagai Dewa juga.
Oleh karena itu raja Balitung dianggap sebagai penjelmaan Siwa dan
sehingga setelah wafat dicandikan sebagai Siwa oleh keturunan dan
rakyatnya. Raja Balitung selain raja juga mempunyai kedudukan sebagai
pendeta atau pemimpin agama.
Diruang sebelah selatan, menghadap candi Brahma terdapat arca Siwa Maha Guru. Arca Siwa Maha Guru berwujud
seorang tua berjanggut yang berdiri dengan perut gendut dalam bentuk
seorang yang sedang bertapa dan menggambarkan seorang guru. Arca ini
dimaksudkan untuk menggambarkan seorang pendeta dalam
kraton raja Balitung, selain itu juga menjadi penasihat dan guru bagi
raja Balitung. Arca Siwa Maha Guru terlihat seperti pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Arca Siwa Maha Guru. Arca Siwa Maha Guru mempunyai
tanda-tanda seorang petapa antara lain: tangan kanannya memegang tasbih,
tangan kirinya memegang kendi (tempat air) dan diatas bahunya terdapat
kipas. Trisula
yang terletak disebelah kanan belakangnya menandakan senjata khas Siwa.
Ruang dan arca Siwa Maha Guru mempunyai ukuran lebih kecil
dibandingkan dengan Siwa Maha Dewa, tetapi sama dengan ketiga ruang
lainnya. Dinding ruang Siwa Maha Guru tidak terdapat hiasan.
Pada ruang ketiga yang menghadap kebarat berisi arca
Ganesha. Arca Ganesha merupakan arca manusia berkepala gajah bertangan
empat yang sedang duduk dengan perutnya yang gendut. Arca Ganesha
berarti Dewa bahagia. Arca Ganesha mempunyai tanda-tanda antara lain :
tangan kanan belakangnya memegang tasbih dan tangan belakang kiri
memegang kampak sedangkan tangan kanan depannya memegang patahan
gadingnya sendiri dan sebuah mangkuk di tangan kiri depan yang sedang
dihisap dengan belalainya. Ujung belalai dari arca Ganesha ini
dimasukkan kedalam mangkuk itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah
puas meneguk ilmu pengeta
huan. Gambar 3.9. Arca Ganesha. Ganesha menjadi lambang kebijksana
an
dan ilmu pengetahuan, penghalau segala kesulitan. Pada mahkota terdapat
tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda bahwa dia anak Siwa dan Uma,
istrinya. Arca Ganesha ini menggambarkan putera mahkota dan panglima
perang Raja Balitung. Gambar arca Ganesha seperti terlihat pada Gambar
3.9.
- Arca Durga (Rara Jonggrang)
Ruang keempat disebelah utara menghadap candi Wisnu,
didalam ruang terdapat arca Durga Mahisasuramardhini sebagai istri Siwa.
Arca Durga Mahisasuramardhini ini
berwujut seorang wanita bertangan delapan yang memegang beraneka ragam
senjata. Senjata-senjata tersebut antara lain cakra dan gad
a ditangan
kanan atas, anak panah dan ekor banteng ditangan kanan bawah, sankha
dan perisai ditangan kiri atas, busur panah dan rambut berkepala raksa
asura ditangan kiri bawah. Arca Durga Mahisasuramardhini digambarkan
seperti pada Gambar 3.10. Gambar 3.10. Gambar Arca Durga. Arca
Durga Mahisasuramardhini ini berdiri diatas banteng Nandi
(Mahisasura/lembu jantan) yang sudah dikalahkan dalam sikap “tribangga”
yaitu tiga gaya gerak yang membentuk tiga lekukan tubuh. Banteng Nandi
digambarkan sebagai penjelmaan dari Asura yang
menyamar. Banteng tersebut merupakan makhuk jahat yang menyamar dan
sesudah dikalahkan ditarik dari badan banteng dan menunjukkan sifat
aslinya. Durga berhasil mengalahkan banteng Nandi dan menginjaknya
sehingga dari mulutnya keluarlah asura yang kemudian ditangkapnya. Durga
Mahisasuramardhini dilambangkan sebagai (isteri) Siwa. Menurut mitologi
ia tercipta dari lidah-lidah api yang keluar dari tubuh para Dewa.
Durga merupakan Dewi kematian, oleh karena itu arca Durga menghadap ke
utara yang merupakan mata angin kematian. Arca Durga menggambarkan
permaisuri Raja Balitung. Arca Durga oleh penduduk sekitar lebih sering
disebut sebagai Rara Jonggrang, seperti pada legenda yang ada di daerah
Prambanan. Mengenai legenda Rara Jonggrang seperti pada bab II.
Sebenarnya arca Durga ini sangat indah apabila dipandang dari kejauhan,
nampak hidup dan tersenyum namun hidungnya telah rusak.
Candi Brahma terletaknya diselatan candi Rara
Jonggrang, berukuran lebih kecil dan berbentuk persegi empat dengan
sudutnya menonjol ke luar. Candi Brahma mempunyai luas dasar 20 meter
persegi dan mempunyai ketinggian dari dasar 37 meter. Pada dinding luar
candi terdapat gambar ruangan berisi singa yang berdiri diantara dua
tiang dan diatasnya terdapat gambar kalamakara. Arca Brahma seperti pada
Gambar 3.11. Gambar 3.11. Arca Brahma. Berbeda dengan candi induk
(Candi Rara Jonggrang), Candi Brahma hanya mempunyai satu pintu masuk
dan satu ruang yang menghadap ke timur. Ruang tersebut berdiri arca
Brahma yang mempunyai empat kepala dan empat lengan. Salah satu
tangannya memegang tasbih yang satunya memegang “kamandalu”. Kamandalu
merupakan tempat air. Keempat wajah menggambarkan keempat kitab suci
Weda, masing-masing menghadap keempat arah mata angin. Pada keempat
lengannya menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai pencipta ia
membawa air karena seluruh alam keluar dari air. Tasbih yang ada di
tangan arca Brahma menggambarkan waktu. Arca Brahma digambarkan sebagai
dewa pencipta alam. Dibawah arca Brahma juga terdapat sumur dan hanya
berisi tanah. Dinding ruang tidak dihias dan terdapat pada tiap sisi
dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan. Dasar kaki
candi Brahma dikelilingi oleh selasar yang dibatasi pagar langkan d
imana
pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief serupa pada candi
Siwa. Relief pada candi Brahma merupakan lanjutan dari cerita Ramayana
yang ada di candi Rara Jonggrang.
Candi Wisnu terdapat disebelah utara candi Rara
jonggrang. Candi Wisnu mempunyai bentuk dan ukuran serta hiasan dinding
yang sama dengan candi Brahma. Candi Wisnu juga hanya mempunyai satu
ruang seperti candi brahma, satu-satunya ruang tersebut berdiri arca
Wisnu. Arca Wisnu mempunyai empat tangan, gada di tangan sebelah kanan,
cakra di tangan sebelah kiri dan tiram
di tangan sebelah kanan. Dibawah arca Wisnu juga terdapat suatu sumur
yang hanya berisi tanah. Dinding ruang tidak dihias dan hanya terdapat
pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk tempat penerangan.
Arca Wisnu seperti pada Gambar 3.12. Gambar 3.12. Arca Wisnu. Pada
dinding langkan sebelah dalam terdapat relief cerita Kresna sebagai
“Avatara” atau penjelmaan Wisnu dan Balarama (Baladewa) kakaknya.
Candi Nandi terletak di deretan sebelah timur dan
merupakan candi yang mempunyai luas pada dasar sebesar 15 meter persegi
dan mempunyai ketinggian 25 meter. Candi Nandi mempunyai satu jalan
masuk yang menghadap kebarat tepat di depan jalan masuk candi Rara
Jonggrang. Dinding luar candi terdapat dua macam gambar yang
berdampingan. Gambar pertama merupakan gambar ruangan yang berisi seekor
singa diantara dua tiang dan diatasnya gambar kalamakara. Gambar kedua merupakan satu pohon yang daunnya terpahat halus dan dibawahnya
di kanan-kiri terdapat dua ekor burung. Gambar semacam ini terdapat
juga pada kedua candi lainya dideretan sebelah timur. Didalam
satu-satunya ruangan yang ada terdapat arca seekor lembu jantan dalam
sikap merdeka yang berbaring menghadap ke candi Siwa. Lembu ini adalah
Nandi, hewan yang biasa dikendarai oleh Siwa. Arca lembu yang terdapat
dalam candi Nandi mempunyai panjang kurang lebih 2 meter. Selain arca
Nandi, dalam ruangan terdapat dua arca lainnya, disudut belakang dari
candi nandi ini terdapat arca Dewa Candra disebelah
kiri dan Surya disebelah kanan. Candra yang menggambarkan Dewa Bulan,
mempunyai mata tiga buah dan berdiri diatas kereta yang ditarik oleh
sepuluh ekor kuda. Surya yang menggambarkan Dewa Matahari berdiri diatas
kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda. Dinding ruang tidak dihias
dan hanya terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk
tempat penerangan. Pada dinding langkan tidak terdapat relief seperti
halnya pada candi dideretan sebelah barat.
Candi Angsa terletak disebelah selatan candi Nandi
dan berhadapan dengan candi Brahma. Candi Angsa merupakan candi yang
mempunyai luas pada dasar sebesar 13 meter persegi dan mempunyai
ketinggian 22 meter. Candi Angsa mempunyai satu ruang tetapi ruangan
tersebut tidak berisi apapun. Kemungkinan ruangan ini hanya dipakai
untuk kandang angsa, hewan yang biasa dikendarai oleh Brahma. Walaupun
tidak terdapat arca didalamnya, namun terdapat sumur yang berisi
tulang-tulang anjing bercampur tanah. Mungkin dimaksudkan sebagai sajian
korban waktu candi tersebut dibangun. Dinding ruang tidak dihias dan
hanya terdapat pada tiap sisi dinding satu batu yang menonjol untuk
tempat penerangan. Pada dinding langkan tidak terdapat relief seperti
halnya pada candi dideretan sebelah barat.
Candi Garuda terletak disebelah utara candi Nandi dan
berhadapan dengan candi Wisnu. Candi Garuda mempunyai bentuk, ukuran
serta hiasan dinding yang sama dengan candi Angsa. Didalam Candi Garuda terdapat
satu ruangan, satu-satunya ruangan yang ada terdapat arca kecil yang
berwujud seekor Garuda yang berada diatas seekor naga. Garuda merupakan
kendaraan Wisnu. Tetapi pada saat ini ruangan candi masih dalam keadaan
kosong. Garuda tersebut berwujud burung yang badannya bagian atas
berbentuk manusia dengan dua tangan tapi bercucuk. Bagian
bawah berbentuk burung yang bersayap, berekor, berkaki dua yang berkuku
tajam. Dipunggungnya terdapat suatu tempat duduk untuk Wisnu apabila
burung sedang terbang.
Candi Apit berada diujung lorong diantara dua barisan
candi utama. Di komplek candi Prambanan terdapat dua buah candi Apit.
Candi Apit mempunyai luas dasar 6 meter persegi dan mempunyai ketinggian
16 meter dari atas tanah. Candi Apit mempunyai satu ruangan tetapi
ruangan tersebut kosong. Kemungkinan dahulu kala candi ini dipergunakan
untuk bersemedi sebelum memasuki candi induk.
Candi
Kelir dikomplek candi Prambanan terdapat 4 candi. Candi Kelir mempunyai
luas dasar sebesar 1,55 meter persegi dan mempunyai ketinggian 4,10
meter. Candi Kelir tidak mempunyai tangga untuk masuk. Candi Kelir
berfungsi sebagai penolak bala.
Candi sudut berjumlah empat buah, dan posisinya
berada disudut-sudut candi. Candi sudut mempunyai ukuran yang sama
dengan candi Kelir.